Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

B E N T E N G

BENTENG Titik Embun untuk Nusa Pustaka & Museum Bahari Jauh sebelumnya atau kurang lebih 7 tahun yang lalu di kota Jogja sebagai Ibu rantau & kampung halaman ke 2. Sudah terbangun imaji, mimpi-mimpi dan tulisan serta sketsa bangunan ruang bernama “Uwake” yang dirancang sebagai suatu ruang pengembangan kebudayaan, khususnya gerakan-gerakan kesenian yang  sinergitasnya  terbuka pada bidang-bidang lain. Meski ruangnya kecil dan sederhana namun meluap rasa kebahagiaan setelah berdiri serta mengisi hari-hari bersamanya beserta segenap teman-teman sekampung yang seharmoni.                                                                         Segala titik proses kita panjati dan arungi dalam rentang waktu yang kita sendiri tak tahu kapan klimaks serta ending, sudah berapa materi kita upaya banting tulang dan peras keringatkan, entah sudah berapa energi yang dipompa dari seluruh badan ke institut otak baik yang disimpan di memori, spontanitas, imajinasi dan lain sebagainya. K

BUKU

B U K U ( Belukar asa untuk Amru, Hamzah dan Evo)   Perkenalan terhadap buku tidak begitu banyak terekem dimemori saat duduk di TK. Yang kuat tersisa adalah diantar jemput naik becak bersama anak-anak lainnya. sekitar tahun 75 keatas, di Tinambung waktu itu mungkin hanya satu dua becak yang beroperasi. Padahal di Jakarta dan Pulau Jawa pada umumnya sudah sesak. saat memasuki era SD, buku-buku bacaan di sekolah lumayan adalah. termasuk buku-buku luar sekolah yakni buku bergambar tentang NERAKA. melihat dan membacanya takut campur tawa.                   Memasuki babad SMP, baru terasa sadar bahwa buku-buku melingkupi hidupku. karena kebetulan bapak guru fisika di SMPN I Tinambung, maka pelak bertumpuk buku-buku tebal fisika, biologi dan ilmu-ilmu alam lainnya yang terkadang bila suntuk sempat membuka-buka dan membaca seadanya. justru lebih suka melihat gambar-gambarnya. disamping buku-buku bacaan sekolah, juga bertumpuk sisa kertas lembaran ujian siswa/i SMP. andai waktu itu

INSPIRASI MINI

SALING MENGADA terpancing lagi untuk catatkan tiap letih rasa. karena debur wanitamu selalu hempaskan ombak ke karang angkuhku. aku terkikis jua, walau perlahan indahkan tegarku. lemah ini selalu ada membatu di jiwa. olehmu kubertahan pohon mengakar di jantungmu. tandus juga rapuh bila kita tidak sama-sama sirami. Akulah kelelakianmu, sama dalam diriku kewanitaanmu mengada. mat - bali, 2008 YOGA BERASAP Selain dari sugesti kenikmatan candu, merokok juga merupakan terapy lewat pernafasan. Bisa juga disebut Yoga berasap. Efek pendamping inilah yang membuat kenikamatan merokok sulit dihilangkan. Mengisap dan mengeluarkan nafas dimana kepul hanyalah ekses rupa. Selamat merokok demi menjaga alur pernafasan. Jadi jangan mau sesak karena merokok, sebab pasti kita akan mati jua. Pastilah. mat - bali, 2008 ANDAI ANGIN andai angin kelihatan seperti layaknya salju dan air hujan, sudah tentu manusia akan menemukan terobosan lain tentang penciptaan selain pesawat terbang.   mat - bali

KOTA-KOTA

KOTA-KOTA Sebenarnya saya juga suka kota Jakarta, namun tidak terbersit niat dan ruang tertentu yang membuat jasmani rohaniku untuk berlama-lama apalagi hengkang berlumut disana. Ada banyak teman dari kampung lahirku Mandar serta teman-teman civitas kesenian dari Jogja yang mengurai hidup diJakarta serta menemukan udaranya meski 2 - 3 tahun kedepan kembali kehabitat kampung halamannya. Beberapa kali saya berkunjung ke ibukota dengan tujuan sekedar main, urusin pensiunan bapak dan cari dana untuk acara Sanggar Siammasei Jogjakarta serta pentas teater musik kelompok Oyot Suket lewat arahan sutradara Sawung Jabo ( pentas musik puisi karyanya Sawung Jabo) di Bengkel Tater Rendra & Gedung Kesenian Jakarta. Namun benar-benar tak pernah nongkrong atau terlintas dipikiran merasuk ke jiwa untuk coba tinggal di Jakarta. Saya suka kota Jakarta dengan segala kelengkapan fasilitas dan gemerlapnya. Sama seperti kota Makassar, Balikpapan & Surabaya yang hanya sekedar transit bagiku. Un

IN MEMORIAM BANG ALI

IN MEMORIAM BANG ALI (sang tali tasbih kebudayaan) Bang Ali tak pernah menulis satu buku apapun, mungkin juga tak pernah membuat komposisi musik atau bahkan nulis puisi. Bang Ali tak pernah membuat organisasi pemuda atau kelompok teater, karena sebenarnya anak-anak Tinambung, Mandar tahun 80an lah yang melahirkannya sendiri dan bang Ali penyulutnya. Sepanjang hidupnya hanya punya satu anak dari ibu berdarah Jogja dan tak sempat menikmati punya rumah sendiri. Beliau juga mempunyai satu motor bebek jet cool berganti honda karena irit katanya. Bang Ali sangat jarang tampil dihadapan publik kecuali seingatku terakhir kali sebelum beliau meninggal tampil dihadapan masyarakat pengajian padang bulan di Kasihan, Bantul, Jogja. Itu pun karena diminta paksa oleh Emha saudara rantaunya. Bang Ali tidak pernah sebentar ngobrol atau diskusi bila kami melingkar rileks lepas dimanapun berada, meskipun teman ngobrolnya sudah ngantuk dan tidur. Bang Ali sangat suka celana jeans dan kemeja lengan